Membuat orang tertawa, gimana caranya? Saya akan beberkan salah satu caranya, tapi sebelumnya mari kita telusuri mengapa orang tertawa? Dan untuk apa membuat mereka tertawa? Tapi, ah, terlalu melenceng nanti dari apa yang mau saya sampaikan. Pokokke orang tertawa karena pingin tertawa, dan untuk apa membuat mereka tertawa, ya supaya senang, itu saja lah jawaban singkatnya.
Saya pernah melihat para peserta outbound tertawa tergelak-gelak (atau bergelak-gelak?) ketika menyaksikan sesuatu. Saya pun yang memutar sesuatu itu ikut tergelak, tertawa lepas. Sesuatu yang kami lihat memang sangat lucu, dan (menurut kami) pantas ditertawakan. Itulah sedikit dari sesuatu yang bisa membuat saya tertawa lepas. Apa sih yang sebenarnya ditertawakan? Kok sepertinya heboh sekali. Yang kami tertawakan adalah film outbound. Yach, rekaman film ketika peserta outbound sedang malakukan berbagai aktivitas permainan. Tentu saja tidak semua film membuat kami tertawa, namun ada saja beberapa hal yang kelihatan lucu dan aneh-aneh sehingga layak ditertawakan apalagi oleh mereka yang terlibat dalam adegan-adegan tersebut.
Dalam kegiatan outbound ada pemutaran film? Apa pula ini. Begini, akhir-akhir ini, dalam melaksanakan kegiatan pendampingan outbound, saya sering memberikan refleksi atau pemaknaan permainan melalui media audio-visual. Duluuuu, refleksi hanya sebatas omong-omong doang memperbincangkan pengalaman peserta saat bermain, lalu menarik kesimpulan atau manfaat darinya. Kiniiii, metode pemaknaan mengalami perkembangan. Omong-omong tetap ada, tapi ditambahi dengan pemutaran film permainan outbound. Menurut saya, pemaknaan akan lebih “kena” jika peserta diingatkan kembali secara audiovisual tentang apa yang sudah mereka lakukan, jadi tidak hanya membayangkan saja.
Jika waktu pemaknaan leluasa, akan direfleksikan permainan demi permainan dengan didului pemutaran film, lalu diikuti atau diselingi dengan pemaknaan. Jika waktu pemaknaan terbatas, bisa jadi seluruh cuplikan (terpilih) permainan ditampilkan, baru belakangan pemaknaan secara “borongan”. Tulisan ini tidak akan membahas bagaimana film diambil (karena hal itu sudah ada dalam tulisan saya yang lain) juga contoh-contoh refleksi tiap permainan dalam outbound. Saya hanya membatasi pada bagaimana sebuah film yang dihasilkan kamera (digital) portable dapat membantu meningkatkan kualitas pertemuan atau pelatihan. Bahkan, acara nonton bareng bisa menceriakan suasana secara gegap gempita. Akan ada 3 contoh kegiatan outbound (saja) yang saya cuplik sebagai perwakilan sebagai pemerjelas efek film permainan pada proses pelatihan outbound.
Pertama, ketika kami mendampingi sekelompok karyawan sebuah Bank. Outbound dilakukan pagi hari sampai siang, lalu pemaknaan diadakan malam harinya. Saat itu adalah salah satu saat yang sangat jarang saya dapatkan terkait fleksibilitas waktu pemutaran film pemaknaan. Biasanya outbound yang saya fasilitasi membatasi waktu pemaknaan hanya sekitar 1 smpai 2 jam saja. Namun karena outbound yang saya ceritakan tadi berlangsung selama 3 hari, maka kami cukup leluasa mengatur jadwal kegiatannya.
Ada satu adegan lucu yang sempat saya rekam ketika sekelompok peserta memainkan permainan “transfer air” menggunakan cangkir yang diikat di atas kepala. Saat itu seorang peserta wanita mentrasnferkan air ke peserta pria, dengan posisi tubuh dan mimik muka yang (saat itu) sangat serius tapi menggelikan. Nah, ketika kami semua, para fasilitator dan peserta (yang sudah santai dan tubuh segar usai beristirahat dan makan) melihat kembali adegan tersebut, menjadi terpingkal-pingkal lah kami. Apalagi pada adegan-adegan tertentu yang saya putar berulang-ulang seingg efek grrrr nya tambah menjadi. Saya mengamati seluruh peserta tertawa lepas, tanpa beban, dan itu baru saya sadari bahwa jarang sekali suatu pelatihan bisa membuat peserta setergelak itu, termasuk saya sebagai fasilitatornya. Ditingkahi komentar-komentar lucu, makin bertambah seru lah acara nonton bareng malam itu.
Salah satu hal yang membuat peserta tertawa adalah karena adegan itu menceritakan diri mereka. Saat siang hari mereka bermain, tak terpikir bahwa ada yang merekamnya, pun pula mereka lagi sibuk menyelesaikan permainan, nggak sempat mikir ada yang memotret, mengamati, atau merekamnya. Nah ketika mereka kembali membandingkan kejadian yang sudah dialami, dengan rekaman, terjadilah hal-hal yang baru mereka ketahui. Mimik muka, posisi tubuh, celotehan, gerakan-gerakan aneh, dan berbagai kejadian tak terencana yang sudah mereka lakukan (dan terekam kamera) itulah yang membuta mereka geli sendiri. Sungguh suatu hiburan yang menyegarkan, dari peserta oleh peserta, untuk peserta.
Cerita kedua, adalah ketika saya mendampingi para pejabat pemerintahan dalam suatu outbound. Biasa terjadi jika di antara peserta saling membanggakan diri atau kelompoknya dalam bermain, tentu saja dalam format guyonan. Namun toh semangat itu memperseru persaingan atau kompetisi outbound. Nah pada satu kesempatan saya berhasil merekam suatu “kecurangan” yang dilakukan oleh peserta. Maksudnya, ada peserta/ kelompok yang berusaha melanggar aturan permainan demi meningkatkan prestasinya. Memang saat itu tak ada kelompok lain yang memergoki aksi kurang terpuji itu, sehingga tampaknya santai saja kelompok yang curang itu melakukan aksinya. Sialnya, saya sempat mengabadikannya dalam film melalui kamera mungil saya; belum tahu mereka apa akibatnya nanti, huh, rasain nanti.
Nah, ketika malam hari kami putar lagi film outbound pada acara refleksi permainan, meledaklah tawa sekitar 80 orang peserta demi melihat seorang peserta/ kelompok tertangkap basah oleh kamera sedang melakukan kecurangan. Riuh rendah komentar dan gelak tawa membahana di ruang aula tempat kami melangsungkan acara. Tidak tanggung-tanggung, beberapa kali saya putar ulang momen-momen ketika peserta tersebut melakukan kecurangan. Komentar-komentar (cemoohan) dan pembelaan si terpidana membuat suasana lebih ger-geran. Di satu sisi, hal tersebut berhasil menimbulkan kehebohan, kelucuan, dan kemeriahan. Namun di sisi lain kami tetap merefleksikan hal itu sebagai bentuk kecurangan. Bagi kami sang fasilitator, bentuk-bentuk ketidakwajaran peserta saat bermain haruslah diulas an dimaknai.
Ini kisah ketiga; ketika saya mendampingi karyawan sebuah perguruan tinggi dalam outbound selama 3 hari. Dalam sebuah permainan “susun huruf” yang melibatkan 15 orang, terjadi suatu stagnasi proses ketika sudah lebih dari 5 menit kelompok itu berusaha menyusun sebuah kalimat. Ketua kelompok sudah mondar-mandir dan berteriak-teriak demi mengatur anak buahnya membuat suatu formasi tertentu. Ada anak buah yang nurut, namun ada juga beberapa menjalankan idenya sendiri. Anak buah kacau, pemimpinnya makin stress. Berbagai komposisi huruf dicoba tapi juga tak kunjung sempurna. Suasana sungguh kacau, sampai sang pemimpin terdiam kehilangan akal bagaimana menyelesaikan permainan itu.
Kebetulan saya merekam momen itu, terlebih ketika sang pemimpin memarahi anak buahnya dalam mengatur permainan. Terekam jelas wajah stress dan frustrasi dari sang pemimpin, sementara 14 anak buahnya juga ikut bingung. Memang akhirnya kelompok itu berhasil menyelesaikan permainan, walau dengan wajah-wajah kusut.
Malam hari, ketika sesi pemaknaan permainan outbound, film berdurasi sekitar 3 menit tersebut diputar. Ada yang memperhatikan dengan seksama, ada yang geli, ada juga yang memberi komentar. Sebuah kondisi yang sangat kondusif untuk memaknai peristiwa itu, terlebih dengan pengakuan sang pelaku, baik si pemimpin atau pun anak buahnya. Peristiwa itu memperlihatkan bahwa dalam keadaan kalut dimana terdesak oleh sebuah target dalam waktu terbatas, sang pemimpin bisa saja stress lalu marah-marah. Toh kemarahan-kemarahan tak juga kunjung menyelesaikan masalah, malah ada anak buah yang ikut strees dan bingung. Asyik sekali membahas dan memaknai momen tersebut.
Kayaknya cukup 3 contoh deh yang saya munculkan untuk memberi sedikit gambaran tentang efek pemutaran film outbound pada suasana pelatihan. Urusan selanjutnya adalah memerinci, kira-kira apa sih kelebihan metode pemutaran film outbound dalam suatu kegiatan pelatihan outbound. Yang jelas, peristiwa itu membantu proses pemaknaan permainan outbound. Outbound aalah metode pengembangan diri melalui experiential learning, atau pengalaman langsung. Pengalaman peserta ketika melaksanakan permainan adalah materi utama pelatihan berbasis outbound. Rekaman (film) pengalaman itulah yang digunakan untuk bahan bahan atau materi diskusi ataupun refleksi. Keberadaan film akan sangat membantu proses diskusi dan refleksi.
Berdasarkan, pengalaman inilah beberapa manfaat keberadaan film permainan outbound dalam suatu proses pemaknaan permainan outbound:
- Mengingatkan kembali (dengan sangat gamblang) jenis aktivitas/ permainan yang sudah dijalani peserta. Ingatan yang gambling akan sangat membantu proses diskusi dan pemaknaan.
- Memperlihatkan kejadian-kejadian saat proses, baik pengalaman gagal, berhasil, kerja keras, keputusasaan, juga pengalaman kegigihan. Baik adanya jika kita mengulas pengalaman kegagalan, namun akan lebih baik lagi jika diulas juga pengalaman-pengalaman keberhasilannya.
- Membuat tiap peserta/ kelompok bisa melihat bagaimana peserta/ kelompok lain memainkan suatu dinamika. Mungkin saja peserta lalu tahu ternyata ada cara atau strategi lain untuk menyelesaikan suatu permainan, yang berbeda dengan cara yang sudah mereka lakukan. Obyektivitas dalam menilai suatu dinamika akan membuat tiap peserta lebih bijak dalam mengambil kesimpulan makna permainan.
- Kadang-kadang, rekaman film bisa memperlihatkan kecurangan yang dilakukan oleh suatu peserta atau kelompok. Adegan curang itulah yang bisa digunakan sebagai materi pembelajaran.
- Selain aspek refleksi/ pemaknaan, pemutaran film permainan outbound bisa memberi hiburan bagi peserta dengan menonton mereka sendiri saat bermain. Salah satu hal yang dianjurkan dalam suatu pelatihan adalah aspek kegembiraan, terlebih jenis pembelajaran bagi orang dewasa. Kegembiraan dapat ditimbulkan dari bermacam-macam kondisi, dan salah satunya adalah kelucuan-kelucuan karena melihat diri sendiri. Kegembiraan yang bersumber dari diri sendiri kayaknya lebih afdol untuk dinikmati.
Mudah-mudahan sedikit pengalaman ini dapat memberi inspirasi bagi kita untuk lebih meningkatkan kualitas suasana pelatihan outbound yang kita selenggarakan. Percayalah, kombinasi dari berbagai indera manusia: pendengaran, penglihatan, perasa, pembayangan, dan imajinasi akan memberi pengalaman lebih ketika proses pemaknaan permainan outbound dilakukan.
Selamat menggelakkan peserta outbound.
salam, Agustinus Susanta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar